“Bu... disuntik ya Bu?” tanya
beberapa siswa SD yang menghampiri kami begitu kami turun dari Mobil
Laboratorium Keliling Balai Besar POM di Yogyakarta. “Oh..., tidak. Kami mau
ngajak nonton film ko” jawab saya tersenyum yang dibalas dengan ekspresi senang
lonjak-lonjak dari mereka. Sering memang, dengan membawa Mobil Laboratorium
Keliling, kami dikira petugas puskesmas yang akan melakukan imunisasi di SD. Hehe...
Balai Besar POM di Yogyakarta
mempunyai 2 mobil laboratorium keliling yang senantiasa mengawal tugas kami
ketika melakukan pengawasan di lapangan, ataupun melakukan penyuluhan seperti yang
saat ini kami lakukan. Mobil Laboratorium Keliling Balai Besar POM di
Yogyakarta didesain secara khusus sebagai tempat untuk melakukan pengujian
cepat terhadap produk yang dicurigai mengandung bahan berbahaya. Di dalam mobil
ada meja, kursi untuk analis, ada pula wastafel di bagian belakang. Jendela
bagian kanan bisa dibuka sehingga memudahkan analis dalam melakukan pengujian.
Juga, dilengkapi dengan televisi yang biasa digunakan untuk memutar film edukasi
keamanan pangan. Kadang, mobil laboratorium keliling juga digunakan sebagai
sarana untuk kampanye keamanan pangan. Multi fungsi deh :)
Kembali ke kunjungan ke salah
satu SD tadi, selanjutnya kami menuju ruang kepala sekolah untuk memperkenalkan
diri dan menyampaikan tujuan besar kunjungan kami ini. Sungguh, harapan besar
Badan POM, setiap sekolah mempunyai Tim Keamanan Pangan Sekolah agar pengawasan
Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) berjalan efektif. Tim Keamanan Pangan Sekolah
dibentuk Kepala Sekolah dengan ketua Guru UKS dan anggota guru, perwakilan
orang tua siswa serta dokter kecil/siswa. Tugas Tim Keamanan Pangan Sekolah
antara lain mensosialisasikan keamanan pangan bagi warga sekolah,
menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan upaya peningkatan keamanan
pangan termasuk penerapan praktek-praktek keamanan pangan sekolah, memantau penerapan
cara penanganan, pengolahan dan penyajian pangan yang baik di kantin sekolah, serta
mendorong berjalannya kegiatan mencuci tangan yang dilakukan dengan cara yang
benar.
Selanjutnya, sambil menunggu
tempat penyuluhan disiapkan oleh pihak sekolah, maka biasanya kami akan
berkunjung ke kantin sekolah. Di Yogyakarta ini, banyak Sekolah Dasar yang
sudah mempunyai kantin sekolah, namun jujur diakui masih ada sebagian SD yang
belum mempunyai kantin sekolah. Beberapa kantin sekolah sudah mendapat award
Piagam Bintang Keamanan Pangan Kantin Sekolah dari BBPOM di Yogyakarta loh,
bahkan kantin SD Muhammadiyah 3 Wirobrajan pernah menjadi juara nasional Lomba
Kantin Sekolah tahun 2012. Hebat !!
Pada sekolah-sekolah yang belum
mempunyai kantin sekolah, sebagian anak ada yang bawa bekal dari rumah
(alhamdulillah...) tapi banyak pula anak-anak yang jajan makanan di penjual
keliling di luar pagar sekolah.
Sebenarnya kami sangat prihatin
dengan kondisi ini karena sementara ini banyak pedagang keliling yang belum sadar
praktek keamanan pangan. Masih sering ditemui penjual sambil merokok, mengambil
makanan dengan tangan langsung dan tidak pernah cuci tangan selama berjualan.
Padahal, dari hasil pengawasan PJAS Badan POM secara nasional tahun 2011 - 2014,
masalah PJAS ini lebih banyak karena cemaran mikrobiologi. Lah, bagaimana mo
bebas cemaran mikrobiologi kalau kesadaran keamanan pangan belum sepenuhnya
dimiliki oleh penjual-penjual keliling PJAS ini. Kalau saat kunjungan kami
menemukan pedagang keliling, kami memberikan pembinaan langsung kepada
mereka.
Untuk sekolah-sekolah yang belum
punya kantin sekolah ini, kami selalu mendorong Kepala Sekolah untuk berupaya
membangun kantin sekolah agar lebih mudah melakukan pengawasan terhadap
kualitas makanannya. Sementara belum mempunyai kantin sekolah, kami menghimbau
Kepala Sekolah agar secara senantiasa melakukan pemantauan terhadap jajanan
yang dijual oleh pedagang keliling ini.
Tiba di kantin sekolah, kami
selanjutnya melihat kondisi kantin dan berdialog dengan penjual kantin sekolah.
Memeriksa jenis makanan yang dijual, kadang kami menemukan masih ada yang
dibungkus dengan staples. Waah... berbahaya ini. Selalu kami ingatkan penjual
kantin untuk memilih makanan yang tidak dikemas dengan menggunakan staples.
Ingat, konsumen kantin sekolah adalah anak-anak yang kadang kurang
berhati-hati, pinginnya semua cepat-cepat. Fatal apabila staples ini masuk ke
dalam perut anak-anak. So...kami minta penjual kantin untuk menjauhi staples
pada kemasan makanan, diganti dengan karet gelang atau selotip. Selanjutnya,
juga kami mengingatkan agar kantin sekolah selalu menyediakan pangan terdaftar,
harus ada ijin edar pangan berupa PIRT ataupun MD/ML di setiap makanan kemasan.
Makanan terdaftar berarti telah dievaluasi mutu dan keamanannya. Kami juga
mengingatkan penjual kantin untuk selalu cek tanggal kadaluarsa produk, jangan
sampai kantin sekolah menjual produk pangan kadaluarsa. Pada kantin sekolah
yang menjual produk siap saji seperti soto maupun bakso, penjual kantin juga
diharapkan selalu menggunakan clemek dan tutup kepala. Kantin juga diharapkan
menyediakan tempat cuci tangan dengan air mengalir, sabun dan tissue atau lap
bersih serta menyediakan tutup sampah tertutup.
Selesai kunjungan ke kantin
sekolah, kami menuju tempat penyuluhan. Tempat penyuluhan bisa berupa 2 kelas
yang dibuka sekatnya, aula atau mushola sekolah. Ramai sekali siswa kalau sudah
berkumpul semua.
Pertama, kami biasa memaparkan tentang foto keracunan pangan
yang terjadi di beberapa sekolah dasar akibat mengkonsumi makanan yang tidak
aman. Selanjutnya kami paparkan tentang 3 bahaya pada pangan, yaitu bahaya fisik berupa klip,
rambut, potongan tali, dsb, bahaya kimia seperti formalin, boraks, methanyl
yellow dan rhodamin B dan bahaya biologis seperti kuman, virus, dsb. Kami juga selalu membawa peraga pangan mengandung bahan
berbahaya untuk kami tunjukkan ke siswa. Ada kerupuk, kuping gajah, sempe yang
memang warnanya sangat menarik. Kami jelaskan kepada anak-anak bahwa ciri-ciri
pangan mengandung rhodamin B yang seharusnya sebagai pewarna tekstil ini adalah
warna mencolok dan ada spot-spot warna yang tidak rata.
Poster “Hindari Jajan
Sembarangan” selanjutnya yang menjadi materi penyuluhan kami. Pilih tempat
jajan yang bersih, penjual bersih, wadah makanan bersih, penjual tidak memegang
makanan langsung dengan tangan, hindari jajanan yang dibungkus kertas koran dan
hindari makanan dengan warna mencolok serta budayakan cuci tangan dengan sabun
dan air mengalir. Cuci tangan yang direkomendasikan WHO adalah 7 langkah selama
minimal 20 detik. Agar lebih mudah dipahami oleh siswa, maka kami bernyanyi....
“Telapak tangan, punggung tangan, sela-sela jari, jangan lupa kuncinya juga ibu
jarinya... jangan lupa kukunya juga pergelangan tangannya. Di air mengalir
dibilas dengan bersih”. Gerakan kunci adalah membersihkan ujung jari secara
bergantian dengan cara mengatupkan.
Selanjutnya, kami mengajak siswa
untuk mencermati label pangan melalui poster “Ayo Baca Label Pangan”. Penting
bagi konsumen untuk selalu cek KIK (Kemasan, Ijin Edar dan Kadaluarsa) sebelum
konsumsi pangan. Kemasan pangan harus utuh dan tidak rusak. Pilih pangan kemasan
yang mempunyai ijin edar berupa BPOM RI ML, BPOM RI MD atau PIRT. Pilih pangan
kemasan yang belum lewat tanggal kadaluarsa. Demikian yang kami sampaikan kepada
siswa. Terakhir, kami mengajak siswa untuk nonton film POMPI berjudul “Akibat
Salah Makan”. Film ini menceritakan tentang tokoh Ucup yang sakit perut akibat
jajan sembarangan. Kami berharap melalui serangkaian edukasi pada siswa ini,
pemahaman pangan jajanan aman semakin meningkat.
Balai Besar POM di Yogyakarta
No comments:
Post a Comment