INFORMASI OBAT DAN MAKANAN

menu

Thursday, 29 September 2016

BPOM Sahabat Anak






“Bu... disuntik ya Bu?” tanya beberapa siswa SD yang menghampiri kami begitu kami turun dari Mobil Laboratorium Keliling Balai Besar POM di Yogyakarta. “Oh..., tidak. Kami mau ngajak nonton film ko” jawab saya tersenyum yang dibalas dengan ekspresi senang lonjak-lonjak dari mereka. Sering memang, dengan membawa Mobil Laboratorium Keliling, kami dikira petugas puskesmas yang akan melakukan imunisasi di SD. Hehe...

Balai Besar POM di Yogyakarta mempunyai 2 mobil laboratorium keliling yang senantiasa mengawal tugas kami ketika melakukan pengawasan di lapangan, ataupun melakukan penyuluhan seperti yang saat ini kami lakukan. Mobil Laboratorium Keliling Balai Besar POM di Yogyakarta didesain secara khusus sebagai tempat untuk melakukan pengujian cepat terhadap produk yang dicurigai mengandung bahan berbahaya. Di dalam mobil ada meja, kursi untuk analis, ada pula wastafel di bagian belakang. Jendela bagian kanan bisa dibuka sehingga memudahkan analis dalam melakukan pengujian. Juga, dilengkapi dengan televisi yang biasa digunakan untuk memutar film edukasi keamanan pangan. Kadang, mobil laboratorium keliling juga digunakan sebagai sarana untuk kampanye keamanan pangan. Multi fungsi deh :)



Kembali ke kunjungan ke salah satu SD tadi, selanjutnya kami menuju ruang kepala sekolah untuk memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan besar kunjungan kami ini. Sungguh, harapan besar Badan POM, setiap sekolah mempunyai Tim Keamanan Pangan Sekolah agar pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) berjalan efektif. Tim Keamanan Pangan Sekolah dibentuk Kepala Sekolah dengan ketua Guru UKS dan anggota guru, perwakilan orang tua siswa serta dokter kecil/siswa. Tugas Tim Keamanan Pangan Sekolah antara lain mensosialisasikan keamanan pangan bagi warga sekolah, menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan upaya peningkatan keamanan pangan termasuk penerapan praktek-praktek keamanan pangan sekolah, memantau penerapan cara penanganan, pengolahan dan penyajian pangan yang baik di kantin sekolah, serta mendorong berjalannya kegiatan mencuci tangan yang dilakukan dengan cara yang benar.

Selanjutnya, sambil menunggu tempat penyuluhan disiapkan oleh pihak sekolah, maka biasanya kami akan berkunjung ke kantin sekolah. Di Yogyakarta ini, banyak Sekolah Dasar yang sudah mempunyai kantin sekolah, namun jujur diakui masih ada sebagian SD yang belum mempunyai kantin sekolah. Beberapa kantin sekolah sudah mendapat award Piagam Bintang Keamanan Pangan Kantin Sekolah dari BBPOM di Yogyakarta loh, bahkan kantin SD Muhammadiyah 3 Wirobrajan pernah menjadi juara nasional Lomba Kantin Sekolah tahun 2012. Hebat !!

Pada sekolah-sekolah yang belum mempunyai kantin sekolah, sebagian anak ada yang bawa bekal dari rumah (alhamdulillah...) tapi banyak pula anak-anak yang jajan makanan di penjual keliling di luar pagar sekolah.


Sebenarnya kami sangat prihatin dengan kondisi ini karena sementara ini banyak pedagang keliling yang belum sadar praktek keamanan pangan. Masih sering ditemui penjual sambil merokok, mengambil makanan dengan tangan langsung dan tidak pernah cuci tangan selama berjualan. Padahal, dari hasil pengawasan PJAS Badan POM secara nasional tahun 2011 - 2014, masalah PJAS ini lebih banyak karena cemaran mikrobiologi. Lah, bagaimana mo bebas cemaran mikrobiologi kalau kesadaran keamanan pangan belum sepenuhnya dimiliki oleh penjual-penjual keliling PJAS ini. Kalau saat kunjungan kami menemukan pedagang keliling, kami memberikan pembinaan langsung kepada mereka.  



Untuk sekolah-sekolah yang belum punya kantin sekolah ini, kami selalu mendorong Kepala Sekolah untuk berupaya membangun kantin sekolah agar lebih mudah melakukan pengawasan terhadap kualitas makanannya. Sementara belum mempunyai kantin sekolah, kami menghimbau Kepala Sekolah agar secara senantiasa melakukan pemantauan terhadap jajanan yang dijual oleh pedagang keliling ini.

Tiba di kantin sekolah, kami selanjutnya melihat kondisi kantin dan berdialog dengan penjual kantin sekolah. Memeriksa jenis makanan yang dijual, kadang kami menemukan masih ada yang dibungkus dengan staples. Waah... berbahaya ini. Selalu kami ingatkan penjual kantin untuk memilih makanan yang tidak dikemas dengan menggunakan staples. Ingat, konsumen kantin sekolah adalah anak-anak yang kadang kurang berhati-hati, pinginnya semua cepat-cepat. Fatal apabila staples ini masuk ke dalam perut anak-anak. So...kami minta penjual kantin untuk menjauhi staples pada kemasan makanan, diganti dengan karet gelang atau selotip. Selanjutnya, juga kami mengingatkan agar kantin sekolah selalu menyediakan pangan terdaftar, harus ada ijin edar pangan berupa PIRT ataupun MD/ML di setiap makanan kemasan. Makanan terdaftar berarti telah dievaluasi mutu dan keamanannya. Kami juga mengingatkan penjual kantin untuk selalu cek tanggal kadaluarsa produk, jangan sampai kantin sekolah menjual produk pangan kadaluarsa. Pada kantin sekolah yang menjual produk siap saji seperti soto maupun bakso, penjual kantin juga diharapkan selalu menggunakan clemek dan tutup kepala. Kantin juga diharapkan menyediakan tempat cuci tangan dengan air mengalir, sabun dan tissue atau lap bersih serta menyediakan tutup sampah tertutup.

Selesai kunjungan ke kantin sekolah, kami menuju tempat penyuluhan. Tempat penyuluhan bisa berupa 2 kelas yang dibuka sekatnya, aula atau mushola sekolah. Ramai sekali siswa kalau sudah berkumpul semua. 


Pertama, kami biasa memaparkan tentang foto keracunan pangan yang terjadi di beberapa sekolah dasar akibat mengkonsumi makanan yang tidak aman. Selanjutnya kami paparkan tentang 3 bahaya pada  pangan, yaitu bahaya fisik berupa klip, rambut, potongan tali, dsb, bahaya kimia seperti formalin, boraks, methanyl yellow dan rhodamin B dan bahaya biologis seperti kuman, virus, dsb. Kami juga  selalu membawa peraga pangan mengandung bahan berbahaya untuk kami tunjukkan ke siswa. Ada kerupuk, kuping gajah, sempe yang memang warnanya sangat menarik. Kami jelaskan kepada anak-anak bahwa ciri-ciri pangan mengandung rhodamin B yang seharusnya sebagai pewarna tekstil ini adalah warna mencolok dan ada spot-spot warna yang tidak rata.


Poster “Hindari Jajan Sembarangan” selanjutnya yang menjadi materi penyuluhan kami. Pilih tempat jajan yang bersih, penjual bersih, wadah makanan bersih, penjual tidak memegang makanan langsung dengan tangan, hindari jajanan yang dibungkus kertas koran dan hindari makanan dengan warna mencolok serta budayakan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Cuci tangan yang direkomendasikan WHO adalah 7 langkah selama minimal 20 detik. Agar lebih mudah dipahami oleh siswa, maka kami bernyanyi.... “Telapak tangan, punggung tangan, sela-sela jari, jangan lupa kuncinya juga ibu jarinya... jangan lupa kukunya juga pergelangan tangannya. Di air mengalir dibilas dengan bersih”. Gerakan kunci adalah membersihkan ujung jari secara bergantian dengan cara mengatupkan.


Selanjutnya, kami mengajak siswa untuk mencermati label pangan melalui poster “Ayo Baca Label Pangan”. Penting bagi konsumen untuk selalu cek KIK (Kemasan, Ijin Edar dan Kadaluarsa) sebelum konsumsi pangan. Kemasan pangan harus utuh dan tidak rusak. Pilih pangan kemasan yang mempunyai ijin edar berupa BPOM RI ML, BPOM RI MD atau PIRT. Pilih pangan kemasan yang belum lewat tanggal kadaluarsa. Demikian yang kami sampaikan kepada siswa. Terakhir, kami mengajak siswa untuk nonton film POMPI berjudul “Akibat Salah Makan”. Film ini menceritakan tentang tokoh Ucup yang sakit perut akibat jajan sembarangan. Kami berharap melalui serangkaian edukasi pada siswa ini, pemahaman pangan jajanan aman semakin meningkat. 
Balai Besar POM di Yogyakarta

No comments:

Post a Comment