INFORMASI OBAT DAN MAKANAN

menu

Sunday, 10 May 2020

Social Distancing dan Physical Distancing


Physical distancing merupakan istilah yang secara resmi dikeluarkan oleh WHO pada tanggal 20 Maret 2020, dalam rangka penanganan pandemi virus corona atau COVID – 19.  Physical distancing bisa diartikan dengan menjaga jarak fisik  1 - 3 meter, sebagai upaya untuk menghentikan atau meredam penyebaran penyakit yang disebabkan oleh corona virus.

Lalu apakah bedanya dengan social distancing ? Sebelumnya organisasi kesehatan dunia atau WHO mengeluarkan himbauan untuk melakukan social distancing yang sebetulnya bertujuan sama yaitu menjaga jarak, namun di beberapa tempat diartikan pembatasan diri yang berlebihan, atau memutus kontak secara sosial.  Istilah ini kemudian diganti agar tidak menimbulkan salah pengertian, menjadi physical distancing atau  pembatasan secara fisik namun secara sosial masih bisa terus berhubungan, jarak yang dikedepankan adalah jarak fisik, bukan jarak sosial.




Mengapa physical distancing saat ini menjadi sesuatu yang harus dilakukan.   Hal ini sesuai dengan sifat dari Corona Virus yang sangat mudah menyebar dan menular jika terjadi kontak langsung antar manusia, dan kontak antara manusia dengan benda yang telah tertempel virus.  Pembatasan jarak agar tidak saling kontak fisik, akan mengurangi risiko  orang tertular virus, karena belum tentu orang sehat itu tidak terinfeksi virus.  Orang dengan imunitas yang tinggi bisa sebagai carrier atau pembawa virus, dia sendiri sehat namun di luar tubuhnya terdapat virus yang bisa menular dengan cepat melalui kontak langsung dengan orang lain.   Istilah yang sering didengar adalah OTG atau orang tanpa gejala.

Keuntungan physical distancing tentu saja akan mengurangi dan mengendalikan penyebaran virus karena kontak fisik antar manusia dibatasi.  Namun tiap keuntungan pasti ada kendalanya, beberapa kendala yang terjadi dalam penerapan physical distancing adalah masyarakat Indonesia sudah terbiasa hidup bersosialisasi dan penuh gotong royong.   Tingkat kesadaran dan budaya masyarakat Indonesia tidak sama dengan rakyat negara lain. Latar belakang budaya Indonesia yang kuat membuat penerapan jaga jarak sulit diterapkan.  Apalagi budaya Jawa yang kental dengan sikap pekewuh, membuat mereka tetap menghadiri kegiatan berkelompok.    Selain itu yang paling berdampak adalah adanya pemenuhan kebutuhan hidup dimana tidak semua orang menerima gaji atau bisa mendapatkan biaya hidup hanya dari rumah saja, sehingga masih banyak orang keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lantas bagaimana sikap kita terhadap himbauan physical distancing ini? Tentu saja sebagai warga negara yang baik, harus mematuhi himbauan ini karena peran masyarakat adalah kunci penting untuk menghapus pandemi corona virus.   Selain jaga jarak fisik juga tidak keluar rumah jika tidak dalam kondisi yang sangat penting, menghindari kegiatan berkelompok, selalu menjaga kebersihan diri dengan rajin cuci tangan memakai sabun karena corona akan mati jika terkena sabun, dan yang terpenting menjaga daya tahan tubuh agar selalu tetap sehat.

Harapan selanjutnya adalah masyarakat bisa sabar dan ikhlas dalam menghadapi pandemi Covid 19, mengikuti semua anjuran pemerintah dan selalu berdoa menurut keyakinan masing-masing agar wabah ini dapat segera menghilang dari bumi Indonesia tercinta, sehingga aktifitas dapat berjalan lagi seperti biasa.


Etty Rusmawati – BBPOM di Yogyakarta

No comments:

Post a Comment